Tolong Klik

Minggu, 02 Oktober 2011

asal usul keris

Keris dan tosan aji serta senjata tradisional lainnya menjadi khasanah budaya Indonesia, tentunya setelah nenek moyang kita mengenal besi. Berbagai bangunan candi batu yang dibangun pada zaman sebelum abad ke-10 membuktikan bahwa bangsa Indonesia pada waktu itu telah mengenal peralatan besi yang cukup bagus, sehingga mereka dapat menciptakan karya seni pahat yang bernilai tinggi. Namun apakah ketika itu bangsa Indonesia mengenal budaya keris sebagaimana yang kita kenal sekarang, para ahli baru dapat meraba-raba.Gambar timbul (relief) paling kuno yang memperlihatkan peralatan besi terdapat pada prasasti batu yang ditemukan di Desa Dakuwu, di daerah Grabag, Magelang, Jawa Tengah. Melihat bentuk tulisannya, diperkirakan prasasti tersebut dibuat pada sekitar tahun 500 Masehi. Huruf yang digunakan, huruf Pallawa. Bahasa yang dipakai adalah bahasa Sanskerta.Prasasti itu menyebutkan tentang adanya sebuah mata air yang bersih dan jernih. Di atas tulisan prasasti itu ada beberapa gambar, di antaranya: trisula, kapak, sabit kudi, dan belati atau pisau yang bentuknya amat mirip dengan keris buatan Nyi Sombro, seorang empu wanita dari zaman Pajajaran. Ada pula terlukis kendi, kalasangka, dan bunga teratai.Kendi, dalam filosofi Jawa Kuno adalah lambang ilmu pengetahuan, kalasangka melambangkan keabadian, sedangkan bunga teratai lambang harmoni dengan alam.

Beberapa Teori
Sudah banyak ahli kebudayaan yang membahas tentang sejarah keberadaan dan perkembangan keris dan tosan aji lainnya. G.B. GARDNER pada tahun 1936 pernah berteori bahwa keris adalah perkembangan bentuk dari senjata tikam zaman prasejarah, yaitu tulang ekor atau sengat ikan pari dihilangkan pangkalnya, kemudian dibalut dengan kain pada tangkainya. Dengan begitu senjata itu dapat digenggam dan dibawa-bawa. Maka jadilah sebuah senjata tikam yang berbahaya, menurut ukuran kala itu.
Sementara itu GRIFFITH WILKENS pada tahun 1937 berpendapat bahwa budaya keris baru timbul pada abad ke-14 dan 15. Katanya, bentuk keris merupakan pertumbuhan dari bentuk tombak yang banyak digunakan oleh bangsa-bangsa yang mendiami kepulauan antara Asia dan Australia. Dari mata lembing itulah kelak timbul jenis senjata pendek atau senjata tikam, yang kemudian dikenal dengan nama keris. Alasan lainnya, lembing atau tombak yang tangkainya panjang, tidak mudah dibawa kemana-mana. Sukar dibawa menyusup masuk hutan. Karena pada waktu itu tidak mudah orang mendapatkan bahan besi, maka mata tombak dilepas dari tangkainya sehingga menjadi senjata genggam.

Lain lagi pendapat A.J. BARNET KEMPERS. Pada tahun 1954 ahli purbakala itu menduga bentuk prototipe keris merupakan perkembangan bentuk dari senjata penusuk pada zaman perunggu. Keris yang hulunya berbentuk patung kecil yang menggambarkan manusia dan menyatu dengan bilahnya, oleh Barnet Kempers bukan dianggap sebagai barang yang luar biasa.
Katanya, senjata tikam dari kebudayaan perunggu Dong-son juga berbentuk mirip itu. Hulunya merupakan patung kecil yang menggambarkan manusia sedang berdiri sambil berkacak pinggang (malang-kerik, bahasa Jawa). Sedangkan senjata tikam kuno yang pernah ditemukan di Kalimantan, pada bagian hulunya juga distilir dari bentuk orang berkacak pinggang.Perkembangan bentuk dasar senjata tikam itu dapat dibandingkan dengan perkembangan bentuk senjata di Eropa. Di benua itu, dulu, pedang juga distilir dari bentuk menusia dengan kedua tangan terentang lurus ke samping. Bentuk hulu pedang itu, setelah menyebarnya agama Kristen, kemudian dikembangkan menjadi bentuk yang serupa salib.
Dalam kaitannya dengan bentuk keris di Indonesia, hulu keris yang berbentuk manusia (yang distilir), ada yang berdiri, ada yang membungkuk, dan ada pula yang berjongkok, Bentuk ini serupa dengan patung megalitik yang ditemukan di Playen, Gunung Kidul, Yogyakarta. Dalam perkembangan kemudian, bentuk-bentuk itu makin distilir lagi dan kini menjadi bentuk hulu keris (Di Pulau Jawa disebut deder, jejeran, atau ukiran) dengan ragam hias cecek, patra gandul, patra ageng, umpak-umpak, dlsb.

Dalam sejarah budaya kita, patung atau arca orang berdiri dengan agak membungkuk, oleh sebagian ahli, diartikan sebagai lambang orang mati. Sedangkan patung yang menggambarkan manusia dengan sikap sedang jongkok dengan kaki ditekuk, dianggap melambangkan kelahiran, persalinan, kesuburan, atau kehidupan. Sama dengan sikap bayi atau janin dalam kandungan ibunya.Ada sebgian ahli bangsa Barat yang tidak yakin bahwa keris sudah dibuat di Indonesia sebelum abad ke-14 atau 15. Mereka mendasarkan teorinya pada kenyataan bahwa tidak ada gambar yang jelas pada relief candi-candi yang dibangun sebelum abad ke-10. SIR THOMAS STAMFORD RAFFLES dalam bukunya History of Java (1817) mengatakan, tidak kurang dari 30 jenis senjata yang dimiliki dan digunakan prajurit Jawa waktu itu, termasuk juga senjata api. Tetapi dari aneka ragam senjata itu, keris menempati kedudukan yang istimewa.Disebutkan dalam bukunya itu, prajurit Jawa pada umumnya menyandang tiga buah keris sekaligus. Keris yang dikenakan di pinggang sebelah kiri, berasal dari pemberian mertua waktu pernikahan (dalam budaya Jawa disebut kancing gelung). Keris yang dikenakan di pinggang kanan, berasal dari pemberian orang tuanya sendiri. Selain itu berbagai tata cara dan etika dalam dunia perkerisan juga termuat dalam buku Raffles itu. Sayangnya dalam buku yang terkenal itu, penguasa Inggris itu tidak menyebut-nyebut tentang sejarah dan asal usul budaya keris.
Sementara itu istilah ‘keris’ sudah dijumpai pada beberapa prasasti kuno. Lempengan perunggu bertulis yang ditemukan di Karangtengah, berangka tahun 748 Saka, atau 842 Masehi, menyebut-nyebut beberapa jenis sesaji untuk menetapkan Poh sebagai daerah bebas pajak, sesaji itu antara lain berupa ‘kres’, wangkiul, tewek punukan, wesi penghatap.Kres yang dimaksudkan pada kedua prasasti itu adalah keris. Sedangkan wangkiul adalah sejenis tombak, tewek punukan adalah senjata bermata dua, semacam dwisula.

Pada lukisan gambar timbul (relief) Candi Borobudur, Jawa Tengah, di sudut bawah bagian tenggara, tergambar beberapa orang prajurit membawa senjata tajam yang serupa dengan keris yang kita kenal sekarang. Di Candi Prambanan, Jawa Tengah, juga tergambar pada reliefnya, raksasa membawa senjata tikam yang serupa benar dengan keris. Di Candi Sewu, dekat Candi Prambanan, juga ada. Arca raksasa penjaga, menyelipkan sebilah senjata tajam, mirip keris.Sementara itu edisi pertama dan kedua yang disusun oleh Prof. P.A VAN DER LITH menyebutkan, sewaktu stupa induk Candi Borobudur, yang dibangun tahun 875 Masehi, itu dibongkar, ditemukan sebilah keris tua. Keris itu menyatu antara bilah dan hulunya. Tetapi bentuk keris itu tidak serupa dengan bentuk keris yang tergambar pada relief candi. Keris temuan ini kini tersimpan di Museum Ethnografi, Leiden, Belanda. Keterangan mengenai keris temuan itu ditulis oleh Dr. H.H. JUYNBOHL dalam Katalog Kerajaan (Belanda) jilid V, Tahun 1909. Di katalog itu dikatakan, keris itu tergolong ‘keris Majapahit‘, hulunya berbentuk patung orang, bilahnya sangat tua. Salah satu sisi bilah telah rusak. Keris, yang diberi nomor seri 1834, itu adalah pemberian G.J. HEYLIGERS, sekretaris kantor Residen Kedu, pada bulan Oktober 1845. Yang menjadi residennya pada waktu itu adalah Hartman. Ukuran panjang bilah keris temuan itu 28.3 cm, panjang hulunya 20,2 cm, dan lebarnya 4,8 cm. Bentuknya lurus, tidak memakai luk.

Mengenai keris ini, banyak yang menyangsikan apakah sejak awalnya memang telah diletakkan di tengah lubang stupa induk Candi Borobudur. Barnet Kempres sendiri menduga keris itu diletakkan oleh seseorang pada masa-masa kemudian, jauh hari setelah Candi Borobudur selesai dibangun. Jadi bukan pada waktu pembangunannya.

Ada pula yang menduga, budaya keris sudah berkembang sejak menjelang tahun 1.000 Masehi. Pendapat ini didasarkan atas laporan seeorang musafir Cina pada tahun 922 Masehi. Jadi laporan itu dibuat kira-kira zaman Kahuripan berkembang di tepian Kali Brantas, Jawa Timur. Menurut laporan itu, ada seseorang Maharaja Jawa menghadiahkan kepada Kaisar Tiongkok "a short swords with hilts of rhinoceros horn or gold (pedang pendek dengan hulu terbuat dari dari cula badak atau emas). Bisa jadi pedang pendek yang dimaksuddalam laporan itu adalah protoptipe keris seperti yang tergambar pada relief Candi Borobudur dan Prambanan.
Sebilah keris yang ditandai dengan angka tahun pada bilahnya, dimiliki oleh seorang Belanda bernama Knaud di Batavia (pada zaman Belanda dulu). Pada bilah keris itu selain terdapat gamabar timbul wayang, juga berangka tahun Saka 1264, atau 1324 Masehi. Jadi kira-kira sezaman dengan saat pembangunan Candi Penataran di dekat kota Blitar, Jawa Timur. Pada candi ini memang terdapat patung raksasa Kala yang menyandang keris pendek lurus.
Gambar yang jelas mengenai keris dijumpai pada sebuah patung siwa yang berasal dari zaman Kerajaan Singasari, pada abad ke-14. Digambarkan dengan Dewa Siwa sedang memegang keris panjang di tangan kanannya. Jelasini bukan tiruan patung Dewa Siwa dari India, karena di India tak pernah ditemui adanya patung Siwa memegang keris. Patung itu kini tersimpan di Museum Leiden, Belanda.

Pada zaman-zaman berikutnya, makin banyak candi yang dibangun di Jawa Timur, yang memiliki gambaran keris pada dinding reliefnya. Misalnya pada Candi Jago atau Candi Jajagu, yang dibangun tahun 1268 Masehi. Di candi itu terdapat relief yang menggambarkan Pandawa (tokoh wayang) sedang bermain dadu. Punakawan yang terlukis di belakangnya digambarkan sedang membawa keris. Begitu pula pada candi yang terdapat di Tegalwangi, Pare, dekat Kediri, dan Candi Panataran. Pada kedua candi itu tergambar relief tokoh-tokoh yang memegang keris.
Cerita mengenai keris yang lebih jelas dapat dibaca dari laporan seorang musafir Cina bernama Ma Huan. Dalam laporannya Yingyai Sheng-lan di tahun 1416 Masehi ia menuliskan pengalamannya sewaktu mengunjungi Kerajaan Majapahit.

Ketika itu ia datang bersama rombongan Laksamana Cheng-ho atas perintah Kaisar Yen Tsung dari dinasti Ming. Di Majapahit, Ma Huan menyaksikan bahwa hampir semua lelaki di negeri itu memakai pulak, sejak masih kanak-kanak, bahkan sejak berumur tiga tahun. Yang disebut pulak oleh Ma Huan adalah semacam belati lurus atau berkelok-kelok. Jelas ayang dimaksud adalah keris.Kata Ma Huan dalam laoparan itu: These daggers have very thin stripes and within flowers and made of very best steel; the handle is of gold, rhinoceros, or ivory, cut into the shapeof human or devil faces and finished carefully.

Laporan ini membuktikan bahwa pada zaman itu telah dikenal teknik pembuatan senjata tikam dengan hiasan pamor dengan gambaran garis-garis amat tipis serta bunga-bunga keputihan. Senjata ini dibuat dengan baja berkualitas prima. Pegangannya, atau hulunya, terbuat dari emas, cula badak, atau gading.Tak pelak lagi, tentunya yang dimaksudkan Ma Huan dalam laporannya adalah keris yang kita kenal sekarang ini.



Gambar timbul mengenai cara pembuatan keris, dapat disaksikan di Candi Sukuh, di lereng Gunung Lawu, di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada candra sengkala memet di candi itu, terbaca angka tahun 1316 Saka atau 1439 Masehi.

Cara pembuatan keris yang digambarkan di candi itu tidak jauh berbeda dengan cara pembuatan keris keris pada zaman sekarang. Baik peralatan kerja, palu dan ububan, maupun hasil karyanya berupa keris, tombak, kudi, dll.

Sabtu, 17 September 2011

Banjaran Pandawa 4 : Kisah Perang Baratayuda

Karna menjadi panglima perang, dan berhasil menewaskan musuh. Yudhisthira minta agar Arjuna menahan serangan Karna. Arjuna menyuruh Ghatotkaca untuk menahan dengan ilmu sihirnya, Ghatotkaca mengamuk, Korawa lari tunggang-langgang. Karna dengan berani melawan serangan Ghatotkaca. Namun Ghatotkaca terbang ke angkasa. Karna melayangkan panah, dan mengenai dada Ghatotkaca. Satria Pringgandani ini limbung dan jatuh menyambar kereta Karna, tetapi Karna dapat menghindar dan melompat dari kereta. Ghatotkaca mati di atas kereta Karna. Para Pandawa berdukacita. Hidimbi pamit kepada Dropadi untuk terjun ke perapian bersama jenasah anaknya.
Pertempuran terus berkobar, Drona berhasil membunuh tiga cucu Drupada, kemudian membunuh Drupada, dan raja Wirata. Maka Dhrtadyumna ingin membalas kematian Drupada.
Kresna mengadakan tipu muslihat. Disebarkannya berita, bahwa Aswatthama gugur. Yudhisthira dan Arjuna mencela sikap Kresna itu. Kemudian Bhima membunuh kuda bernama Aswatthama, kemudian disebarkan berita kematian kuda Aswatthama. Mendengar berita kematian Aswatthama, Drona menjadi gusar, lalu pingsan. Dhrtadyumna berhasil memenggal leher Drona. Aswatthama membela kematian ayahnya, lalu mengamuk dengan menghujamkan panah Narayana. Arjuna sedih atas kematian gurunya akibat perbuatan yang licik. Arjuna tidak bersedia melawan Aswatthama, tetapi Bhima tidak merasakan kematian Drona. Dhrtadymna dan Satyaki saling bertengkar mengenai usaha perlawanan terhadap Aswatthama. Kresna dan Yudhisthira menenangkan mereka. Pandawa diminta berhenti berperang. Tapi Bhima ingin melanjutkan pertempuran, dan maju ke medan perang mencari lawan, terutama ingin menghajar Aswatthama. Saudara-saudaranya berhasil menahan Bhima. Arjuna berhasil melumpuhkan senjata Aswatthama. Putra Drona ini lari dan sembunyi di sebuah pertapaan. Karna diangkat menjadi panglima perang. Banyak perwira Korawa yang memihak kepada Pandawa.
pandawa 04
KEMATIAN SAKUNI. Kepingan badannya dilempar ke lima penjuru dunia. (karya : Herjaka HS)

Pada waktu tengah malam, Yudhisthira meninggalkan kemah bersama saudara-saudaranya. Mereka khidmat menghormat kematian sang guru Drona, dan menghadap Bhisma yang belum meninggal dan masih terbaring di atas anak panah yang menopang tubuhnya. Bhisma memberi nasihat agar Pandawa melanjutkan pertempuran, dan memberi tahu bahwa Korawa telah ditakdirkan untuk kalah.

Pandawa melanjutkan pertempuran melawan Korawa yang dipimpin oleh Karna. Karna minta agar Salya mau mengusiri keretanya untuk menyerang Kresna dan Arjuna. Salya sebenarnya tidak bersedia, tetapi akhirnya mau asal Karna menuruti perintahnya.

Pertempuran berlangsung hebat, disertai caci maki dari kedua belah pihak. Bhima bergulat dengan Doryudana, kemudian menarik diri dari pertempuran. Dussasana dibunuh oleh Bhima, sebagai pembalasan sejak Dussasana menghina Drupadi. Darah Dussasana diminumnya.

Arjuna perang melawan Karna. Naga raksasa bernama Adrawalika musuh Arjuna, ingin membantu Karna dengan masuk ke anak panah Karna untuk menembus Arjuna. Ketika hendak disambar panah, kereta yang dikusiri Kresna dirundukkan, sehingga Arjuna hanya terserempet mahkota kepalanya. Naga Adrawalika itu ditewaskan oleh panah Arjuna. Ketika Karna mempersiapan anak panah yang luar biasa saktinya, Arjuna telah lebih dahulu meluncurkan panah saktinya. Tewaslah Karna oleh panah Arjuna.

Doryudhana menjadi cemas, lalu minta agar Sakuni melakukan tipu muslihat. Sakuni tidak bersedia karena waktu telah habis. Diusulkannya agar Salya jadi panglima tinggi. Sebenarnya Salya tidak bersedia. Ia mengusulkan agar mengadakan perundingan dengan Pandawa. Aswatthama menuduh Salya sebagai pengkhianat, dan menyebabkan kematian Karna. Tuduhan itu menyebabkan mereka berselisih, tetapi dilerai oleh saudara-saudaranya. Aswatthama tidak bersedia membantu perang lagi. Salya terpaksa mau menjadi panglima perang. Nakula disuruh Kresna untuk menemui Salya, dan minta agar Salya tidak ikut berperang. Nakula minta dibunuh daripada harus berperang melawan orang yang harus dihormatinya. Salya menjawab, bahwa ia harus menepati janji kepada Duryodhana, dan melakukan darma kesatria. Salya menyerahkan kematiannya kepada Nakula dan agar dibunuh dengan senjata Yudhisthira yang bernama Pustaka, agar dapat mencapai surga Rudra. Nakula kembali dengan sedih.

Salya menemui Satyawati, pamit maju ke medan perang. Isteri Salya amat sedih dan mengira bahwa suaminya akan gugur di medan perang. Satyawati ingin bunuh diri, ingin mati sebelum suaminya meninggal. Salya mencegahnya. Malam hari itu merupakan malam terakhir sebagai malam perpisahan. Pada waktu fajar Salya meninggalkan Satyawati tanpa pamit, dan dipotongnya kain alas tidur isterinya dengan keris. Salya memimpin pasukan Korawa. Amukan Bhima dan Arjuna sulit untuk dilawannya. Salya menghujankan anak panahnya yang bernama Rudrarosa. Kresna menyuruh agar Pandawa menyingkir. Yudhisthira disuruh menghadap Salya. Yudhisthira tidak bersedia harus melawan pamannya. Kresna menyadarkan dan menasihati Yudhisthira. Yudhisthira disuruh menggunakan Kalimahosadha, kitab sakti untuk menewaskan Salya. Salya mati oleh Kalimahosadha yang telah berubah menjadi pedang yang bernyala-nyala. Kematian Salya diikuti oleh kematian Sakuni oleh Bhima. Berita kematian Salya sampai kepada Satyawati. Satyawati menuju medan perang, mencari jenasah suaminya. Setelah ditemukan, Satyawati bunuh diri di atas bangkai suaminya.

Duryodhana melarikan diri dari medan perang, lalu bersembunyi di sebuah sungai. Bhima dapat menemukan Duryodhana yang sedang bertapa. Duryodhana dikatakan pengecut. Duryodhana sakit hati, lalu bangkit melawannya. Bhima diajak berperang dengan gada. Terjadilah perkelahian hebat. Baladewa yang sedang berziarah ke tempat-tempat suci diberi tahu oleh Narada tentang peristiwa peperangan di Hastina. Kresna menyuruh Arjuna agar Bhima diberi isyarat untuk memukul paha Duryodhana. Terbayarlah kaul Bhima ketika hendak menghancurkan Duryodhana dalam perang Bharatayudha. Baladewa yang menyaksikan pergulatan Bhima dengan Duryodhana menjadi marah, karena Pandawa dianggap tidak jujur, lalu akan membunuh Bhima. Tetapi maksud Baladewa dapat dicegah, dan redalah kemarahan Baladewa..

R.S. Subalidinata

Sabtu, 27 Agustus 2011

RENCANA PEMBELAJARAN UNTUK ANAK TK


Rencana Kegiatan Pembelajaran

Kelompok       : B
Semester          : 1/13
Tema / sub       :Binatang / Unggas
Hari /tanggal   : rabu
Waktu             : 07.30 – 10.00

Indikator
·         Melaksanakan ibadah sesuai dengan keyakinannya . (nam 9)
·         Berbicara dengan sopan (nam 11)
·         Menggunakan dan dapat menjawab apa, di mana, berapa, tentang unggas. (bahasa 7)
·         Menyebutkan dan menceritakan perbedaan ayam dan itik (K 3)
·         Mengendalikan emosi dengan cara yang wajar (S 8)
·         Merayap dan merangkak dengan berbagai variasi (F 7)
Tujuan
·         Menumbuhkansikap perilaku yang baik.
·         Dengan bimbingan guru anak dapat berbicara dengan sopan.
·         Dengan bimbingan guru anak dapat menjawab pertanyaan tentang ayam dan itik.
·         Dengan bimbingan guru anak dapat menceritakan perbedaan ayam dan itik
·         Dengan bimbingan guru anak dapat mengendalikan emosi dengan cara yang wajar
·         Dengan bimbingan guru anak dapat merayap dan merangkak menirukan jalannya ayam.
Langkah – langkah
                   I.            Kegiatan sebelum masuk.
·         Anak yang datang berjabat tangan, dengan guru – guru dan teman – temannya sambil mengucapkan salam, lalu anak – anakmenyimpan tasnya di loker.
·         Sebelum masuk anak – anak berbaris dulu
·         Kegiatan awal, membaca do’a dan salam , kemudian guru bercakap – cakap tentang ayam dan itik (binatang unggas) yang di lanjutkan dengan menyanyi.
                II.            Kegiatan inti.
·         Guru menjelaskan tugas yang akan di laksanakan oleh anak – anak kemudian di bagi 3 kelompok :
Kelompok I    
-          Anak duduk ditempat yang telah disediakan
-          Satu persatu anak di beri gambar ayam
-          Anak mewarnai gambar ayam dengan crayon
-          Setelah selesai mewarnai anak di minta menceritakan hewan yang ada di gambar (ayam)
Kelompok II  
-          Anak duduk di tempat yang telah di sediakan.
-          Satu persatu anak diberikan gambar itik
-          Anak mewarnai gambar itik dengan crayon
-          Setelah selesai mewarnai gambar itik anak di minta menceritakan  hewan yang ada di dalam gambar (itik)
Kelompok III 
-          Anak  duduk di tempat yang telah di sediakan
-          guru memberi tugas merayap dan merangkak menirukan jalannya ayam
-          merayap dan  merangkak menirukan jalannya ayam dengan bimbingan guru.
-          Setelah mengerjakan tugas yang diberikan guru , anak diminta menampilkan jalannya ayam didepan kelas dengan di ikuti oleh keman kelompok.
·         Waktu pemilihan kelompok anak di beri kebebasan untuk memilih kelompoknya dengan membatasi jumlah anggota tiap kelompok.
·         Anak diarahkan pada kegiatan yang di sukai, anak tidak harus menyelesaikan semua tugas yang di programkan guru, tetapi guru tetap memotivasi anak dengan dapat menyelesaikan semua tugas.
·         Waktu menyelesaikan tugas dalam satu kelompok tidak di batasi dan dapat berpindah ke kelompok lain, asalkan ada tempat yang kosong.
·         Guru menyimpulkan perbedaan ayam dan itik.
             III.            Istirahat (30 menit)
Anak – anak di ajak cuci tangan, berdoa sebelum makan kemudian bermain.
             IV.            Penutup (30 menit)
·         Bercakap – cakap 3 kegiatan tadi dari awal sampai terakhir di teruskan dengan menyanyi .
·         Kemudian do’a pulang dan berjabat tangan dengan guru.
Guru Kelompok B



 
RENCANA KERJA HARIAN
Kelompok                       : B                                          
Semester / minggu          : 1/13
Tema / Subtema              : binatang / unggas                                         
Hari / Tanggal                 : rabu
Waktu                             : 07.00 – 10.00
INDIKATOR
KEGIATAN PEMBELAJARAN
ALAT
SUMBER BELAJAR
PENILAIAN PERKEMBANGAN
ALAT TEKNIK
HASIL
·         Melaksanakan ibadah sesuai dengan keyakinannya . (nam 9)
·         Berbicara dengan sopan (nam 11)
·         Menggunakan dan dapat menjawab apa, di mana, berapa, tentang unggas. (bahasa 7)
·         Menyebutkan dan menceritakan perbedaan ayam dan itik (K 3)
·         Mengendalikan emosi dengan cara yang wajar (S 8)
·         Merayap dan merangkak dengan berbagai variasi (F 7)

Berbaris 
I.        Kegiatan awal
·         Berdoa / salam
·         Absensi
·         bernyanyi
II.       Kegiatan inti.
·         Anak mewarnai gambar ayam dan itik dengan crayon
·         menceritakan  perbedaan ayam dan itik
·         Pemberian tugas merayap dan  merangkak menirukan jalannya ayam
III.    Istirahat (30 menit)
cuci tangan, berdoa makan, bermain.
IV.    Kegiatan akhir (30 menit)
·         menjawab pertanyaan tentang apa saja kegiatan sehari.
·         do’a pulang









crayon, gambar ayam dan itik








Lembar observasi




Unjuk karya








Lembar observasi

Guru Kelompok B





Format Observasi

Nama Anak                             :
Kelompok                               : B
Indikator                                 : Merayap dan  merangkak dengan berbagai variasi (F 7)
Semester / tahun ajaran           : I tahun 2011 - 2012
No
Tanggal
Kegiatan pembelajaran
Aspek yang di nilai
Hasil pengamatan


merayap dan  merangkak  menirukan  jalannya ayam

·         Keberanian
·         Ekspresi







Format unjuk kerja

Nama Anak                             :
Kelompok                               : B
Indikator                                 : Menyebutkan dan menceritakan perbedaan ayam dan itik (K 3)
Semester / tahun ajaran           : I tahun 2011 - 2012
No
Tanggal
Kegiatan pembelajaran
Aspek yang di nilai
Hasil unjuk kerja anak











  
Rencana Kegiatan Pembelajaran

Kelompok       : B
Semester          : 1/13
Tema / sub       :Binatang / Unggas
Hari /tanggal   : sabtu
Waktu             : 07.30 – 10.00

Indikator
·         Menghormati perayaan hari besar agama lain (HAM  23)
·         Menghubungkan / memasangkan lambang bilangan dengan benda sampai 20 (K  42)
·         Menghubungkan  tulisan ayam dengan  gambar ayam, tulisan  itik dengan gambar  itik (K 32)
·         Menghargai keunggulan  teman / orang  lain (S 29)
·         Meniru membuat garis tegak, datar miring, lingkaran pada gambar ayam  (F  29)
·         Membuat gambar angsa dari kardus  (F  35)

Tujuan
·         Menumbuhkansikap perilaku yang baik.
·         Dengan bimbingan guru anak dapat Menghubungkan / memasangkan  lambang bilangan dengan benda sampai 20
·         Dengan bimbingan guru anak dapat Menghubungkan  tulisan ayam  dengan  gambar ayam, tulisan  itik dengan gambar  itik.
·         Dengan bimbingan guru anak dapat Menghargai keunggulan  teman / orang  lain
·         Dengan bimbingan guru anak dapat Meniru membuat garis tegak, datar miring, lingkaran pada gambar ayam 
·         Dengan bimbingan guru anak dapat Membuat gambar angsa dari kardus 

Langkah – langkah
                   I.            Kegiatan sebelum masuk.
·         Anak yang datang berjabat tangan, dengan guru – guru dan teman – temannya sambil mengucapkan salam, lalu anak – anakmenyimpan tasnya di loker.
·         Sebelum masuk anak – anak berbaris dulu
·         Kegiatan awal, membaca do’a dan salam , kemudian guru bercakap – cakap tentangmateri pelajaran yang akan diajarkan.
                II.            Kegiatan inti.
·         Guru menjelaskan tugas yang akan di laksanakan oleh anak – anak kemudian di bagi 4 kelompok :
Kelompok I    
-          Anak duduk ditempat yang telah disediakan
-          Guru memberikan tugas Menghubungkan / memasangkan lambang bilangan dengan benda sampai 20
Kelompok II  
-          Anak duduk di tempat yang telah di sediakan.
-          Guru memberikan  tugas Menghubungkan  tulisan ayam dengan  gambar ayam, tulisan  itik dengan gambar  itik
Kelompok III 
-          Anak  duduk di tempat yang telah di sediakan
-          guru memberikan tugas Meniru membuat garis tegak, datar  miring, lingkaran pada gambar  ayam 
Kelompok IV
-          Anak duduk di tempat yang telah disediakan
-          Guru memberikan tugas Membuat gambar angsa dari kardus 

·         Waktu pemilihan kelompok anak di beri kebebasan untuk memilih kelompoknya dengan membatasi jumlah anggota tiap kelompok.
·         Anak diarahkan pada kegiatan yang di sukai, anak tidak harus menyelesaikan semua tugas yang di programkan guru, tetapi guru tetap memotivasi anak dengan dapat menyelesaikan semua tugas.
·         Waktu menyelesaikan tugas dalam satu kelompok tidak di batasi dan dapat berpindah ke kelompok lain, asalkan ada tempat yang kosong.

             III.            Istirahat (30 menit)
Anak – anak di ajak cuci tangan, berdoa sebelum makan kemudian bermain.

             IV.            Penutup (30 menit)
·         Bercakap – cakap 4 kegiatan tadi dari awal sampai terakhir di teruskan dengan menyanyi .
·         Kemudian do’a pulang dan berjabat tangan dengan guru.
Guru Kelompok B















RENCANA KERJA HARIAN
Kelompok                       : B                              
Semester / minggu          : 1/13
Tema / Subtema              : binatang / unggas                                         
Hari / Tanggal                 : senin
Waktu                             : 07.00 – 10.00
INDIKATOR
KEGIATAN PEMBELAJARAN
ALAT
SUMBER BELAJAR
PENILAIAN PERKEMBANGAN
ALAT TEKNIK
HASIL
·         Menghormati perayaan hari besar agama lain (HAM  23)
·         Menghubungkan / memasangkan lambang bilangan dengan benda sampai 20 (K  42)
·         Menghubungkan  tulisan ayam dengan  gambar ayam, tulisan  itik dengan gambar  itik (K 32)
·         Menghargai keunggulan  teman / orang  lain (S 29)
·         Meniru membuat garis tegak, datar  miring, lingkaran pada gambar  ayam  (F  29)
·         Membuat gambar angsa dari kardus  (F  35)

Berbaris 
I.        Kegiatan awal
·         Berdoa / salam
·         Absensi
·         bernyanyi
II.       Kegiatan inti.
·         Pemberian tugas Menghubungkan / memasangkan lambang bilangan dengan benda sampai 20
·         Pemberian tugas Menghubungkan  tulisan ayam dengan  gambar ayam, tulisan  itik dengan gambar  itik
·         Pemberian tugas Meniru membuat garis tegak, datar  miring, lingkaran pada gambar  ayam 
·         Pemberian tugas Membuat gambar angsa dari kardus 
III.    Istirahat (30 menit)
cuci tangan, berdoa makan, bermain.
IV.    Kegiatan akhir (30 menit)
·         menjawab pertanyaan tentang apa saja kegiatan sehari.
·         do’a pulang









crayon, gambar ayam dan itik dan angsa













Unjuk karya




Hasil karya





Guru Kelompok B





Format unjuk kerja

Nama Anak                             :
Kelompok                               : B
Indikator                                 : Menghubungkan / memasangkan lambang bilangan dengan benda sampai 20 (K  42)
Semester / tahun ajaran           : I tahun 2011 - 2012
No
Tanggal
Kegiatan pembelajaran
Aspek yang di nilai
Hasil unjuk kerja anak










Nama Anak                             :
Kelompok                               : B
Indikator                                 : Menghubungkan  tulisan ayam dengan  gambar ayam, tulisan  itik dengan gambar  itik (K 32)
Semester / tahun ajaran           : I tahun 2011 - 2012
No
Tanggal
Kegiatan pembelajaran
Aspek yang di nilai
Hasil unjuk kerja anak












Nama Anak                             :
Kelompok                               : B
Indikator                                 : Meniru membuat garis tegak, datar  miring, lingkaran pada gambar  ayam  (F  29)

Semester / tahun ajaran           : I tahun 2011 - 2012
No
Tanggal
Kegiatan pembelajaran
Aspek yang di nilai
Hasil unjuk kerja anak










Format hasil karya

Nama Anak                             :
Kelompok                               : B
Indikator                                 : Membuat gambar angsa dari kardus  (F  35)
Semester / tahun ajaran           : I / tahun 2011 - 2012
No
Tanggal
Kegiatan pembelajaran
Aspek yang di nilai
Hasil karya